Comments

16 July 2013

nilai-nilai keagamaan telah luntur

Posted by at 7/16/2013 05:00:00 AM Read our previous post
JIKA kita amati skenario kehidupan agama secara keseluruhan, kita bisa melihat adanya suatu situasi yang bersifat paradoksal saat ini. Secara umum, dapat dikatakan bahwa agama kehilangan panutan di satu sisi, tetapi pada saat yang sama terdapat peningkatan kekuatan di sisi lain.

Pada sebagian lapisan masyarakat, di hampir semua agama, muncul pengungkapan kembali dogma-dogma lama yang kaku dan munculnya rasa kurang toleransi terhadap mereka yang berbeda pendapat.

Di segi moral, dapat dikatakan agama mengalami kemunduran. Kejahatan merajalela, kebenaran telah hilang, keadilan telah pupus, tanggung jawab sosial kepada masyarakat diabaikan dan individualism yang egoistis merebak bahkan di negara-negara yang merasa dirinya penganut agama yang baik. Hal ini serta kejahatan sosial lainnya merupakan tanda-tanda dekadensi moral masyarakat yang menggejala secara umum. Bila kita sadari bahwa nilai-nilai moral keagamaan adalah unsur yang membentuk kehidupan dan jiwa dari agama itu sendiri, maka pengerdilan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan membawa kita pada kesimpulan bahwa jika memang ada kita melihat usaha pembangkitan kembali wujud jasmani dari agama, namun jiwa agama itu sendiri tambah mengabur dan mati.

Jadi, apa yang kita lihat dalam kehidupan beragama sekarang sebagai usaha pemberdayaan agama, sebenarnya tidak lebih dari menghidupkan bangkai mati. Orang-orang yang mempunyai kecenderungan agama akhirnya bosan karena melihat stagnasi atau ketiadaan perkembangan yang menarik hati. Mereka mengharapkan bisa melihat mukjizat-mukjizat yang ternyata tak kunjung tampak.

Mereka tidak melihat adanya fenomena bantuan samawi yang bisa mengubah kondisi dunia menurut selera mereka. Mereka menginginkan dapat melihat pemenuhan nubuwatan-nubuwatan yang dapat memberikan pembenaran pada keimanan mereka. Nyatanya, tidak ada suatu pun yang terwujud. Mereka inilah yang akhirnya menjadi pengikut kultus-kultus baru yang memanfaatkan frustrasi mereka itu.

Dorongan untuk melepaskan diri dari masa lalu menimbulkan keinginan untuk mengisi kekosongan jiwa mereka dengan sesuatu yang baru. Selain dari kecenderungan destruktif demikian, fenomena lain yang juga mungkin terkait dengan hidupnya kembali dogma-dogma agama, adalah ancaman pada perdamaian dunia. Dengan bangkitnya kembali dogma-dogma tersebut, muncul suasana beracun yang ternyata fatal bagi kelangsungan kemerdekaan dialog dan kebebasan arus berfikir.

Tidak hanya itu, ada pula rencana-rencana jahat para politisi yang mencoba memanfaatkan situasi gamang demikian bagi kepentingannya pribadi meskipun untuk itu ia harus mencoreng citra agama. Di samping itu, secara historis memang sudah ada kecemburuan dan perseteruan antar agama. Sekarang ini apa yang dikenal sebagai media “bebas” yang mestinya bisa memainkan peran netral dalam percaturan dunia, nyatanya dikendalikan oleh tangan-tangan tak kelihatan.

Dengan demikian, disuatu negeri dengan satu agama dominan, jika medianya ikut-ikutan memburuk-burukkan citra agama lainnya maka skenarionya menjadi sangat kompleks. Korban pertama dari pertarungan tersebut dengan sendirinya adalah agama. Saya sangat merisaukan apa yang sedang terjadi saat ini di lingkungan hidup keagamaan.

Sudah waktunya agama-agama yang ada untuk berupaya secara serius berusaha menghapuskan kesalahpahaman di antara mereka. Saya meyakini bahwa Islam mampu memberikan pemecahan yang bisa memuaskan sepenuhnya kebutuhan dan keinginan kita. Guna memudahkan pemahaman, saya akan memilah-milah masalah ini dalam beberapa bagian.

Misalnya, saya meyakini bahwa bagi suatu agama yang ingin menciptakan perdamaian di dunia, adalah suatu keniscayaan bahwa agama yang mampu mempersatukan manusia adalah yang juga dapat menerima sifat universalitas agama; dengan pengertian bahwa semua manusia adalah mahluk dari Pencipta yang satu, terlepas dari warna kulitnya, suku bangsa atau pun faktor geografisnya. Dengan demikian, mereka semuanya berhak memperoleh petunjuk samawi, kalau memang petunjuk samawi itu diberikan kepada salah satu bagian dari masyarakat manusia. Pandangan ini meniadakan konsep monopolisasi kebenaran oleh salah satu agama.

Apapun nama atau ajarannya, semua agama yang ada, di manapun atau kapanpun keberadaannya, mempunyai dasar kebenaran samawi. Kita juga harus mengakui bahwa agama-agama mempunyai sumber yang sama, meskipun di antara mereka terdapat perbedaan-perbedaan ajaran dan pandangan. Sumber samawi yang melahirkan suatu agama di suatu bagian dari dunia, tentunya juga memperhatikan kebutuhan agama dan spiritual manusia dibagian lain dunia dan yang berada di kurun waktu yang berbeda. Inilah tepatnya pesan yang disampaikan oleh Al-Qur'ān, kitab suci umat Islam.

«irtci004»

--
Gambar ilustrasi diperoleh dari 
AhmadiyyaTimes.blogspot.com. ;-)

“Love for All, Hatred for None!”

No comments:

Popular Posts

“alislam.org” updates

My Blog List

tentang Islām

ISLAM (Arab: إسلام islām) adalah sebuah nama yang diberikan oleh Allāh (الله) kepada agama ini (QS 5:4). Ia berasal dari bahasa Arab yang harfiahnya berarti ketaatan dan kedamaian.

Islam berasal dari akar kata bahasa Arab “سَلِمَ (salima)” yang artinya adalah perdamaian, kemurnian, kesucian, penyerahan, dan ketaatan. Jadi ‘Islam’ berarti jalan orang-orang yang taat kepada Allāh dan yang menciptakan kedamaian dengan-Nya dan dengan makhluk-Nya. Pengikutnya disebut Muslim.

Arti kata Islam sendiri, harfiah berarti damai. Dalam sepatah kata ini, tercermin dengan indahnya semua ajaran dan perilaku Islam.

Islam adalah agama yang damai. Ajaran Islam memberikan jaminan rasa damai bagi semua segi kehidupan dan harapan manusia.

Islam bukanlah agama baru. Hal ini, pada dasarnya, pesan dan bimbingan yang sama yang telah Allāh turunkan kepada semua nabi sebelum Nabi Muhammad saw..[]

(selengkapnya di sini atau pula di Alislam.org)
© Ahmadiyah adalah Islam is powered by Blogger - Template designed by Stramaxon - Best SEO Template